Ekonomi Makro
I.
Pendahuluan
Secara umum, ilmu ekonomi berguna
karena ia memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kebijaksanaan apa yang bisa
diambil untuk menanggulangi suatu permasalahan ekonomi tertentu. Ekonomi makro,
sebagai satu cabang dan ilmu ekonomi, berkaitan dengan permasalahan
kebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan kebijaksanaan makro.
Tugas pengendalian makro adalah juga
mengusahakan agar perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang,
terhindar dan keadaan-keadaan yang bisa mengganggu keseimbangan umum tadi.
Pengelolaan yang lebih khusus atas masing-masing sektor perekonomian bukan
bagian dan tugas pengendalian makro, meskipun menjaga keseimbangan antara
masing-masing sektor termasuk di dalam tugas tersebut.
Permasalahan
dalam Ekonomi Makro
- kemiskinanan dan pemerataan
- krisis nilai tukar
- hutang luar negeri
- perbankan, kredit macet
- inflasi
- pertumbuhan ekonomi
- pengangguran
II. Permasalahan Ekonomi Makro
Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan
makro mencakup dua permasalahan pokok yaitu :
1. Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah
ini berkaitan dengan bagaimana “menyetir” perekonomian nasional dan bulan ke
bulan, dan triwulan ke triwulan atau dan tahun ke tahun, agar terhindar dan
tiga “penyakit makro” utama yaitu:
- inflasi,
- pengangguran dan
- ketimpangan dalam neraca pembayaran.
2. Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Masalah
ini adalah mengenai bagaimana kita “menyetir” perekonomian kita agar ada
keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan
tersedianya dana untuk investasi. Pada asasnya masalahnya juga berkisar pada
bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di atas, hanya perpektif waktunya
adalah lebih panjang (lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima
tahun).
Dalam analisa jangka pendek
faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau tidak bisa kita ubah:
(a) Kapasitas total dan perekonomian
kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek, masih mungkin dilakukan, tetapi
ha nya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investasi berupa penambahan
stok barang jadi, setengah jadi atau pun barang mentah di dalam gudang para
pengusaha, dan pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan untuk pembelian
barang-barang modal (mesin-mesin, konstruksi gedung-gedung dan sebagainya).
Tetapi yang perlu diingat, “jangka pendek” yang kita maksud di sini adalah
begitu pendek sehingga pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut
beleum bias menambah kapasitas produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu
mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang).
(b) Jumlah penduduk dan jurnlah angkatan
kerja. Dalam suatu triwulan misalnya, jumlah-jumlah mi praktis bisa dianggap
tidak berubah.
(c) Lembaga-lembaga sosial, politik,
dan ekonomi yang ada.
Selanjutnya dari segi teori, apabila
kita ingin “menyetir” perekonomia kita dalam jangka pendek, kita harus
melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka pendek pula,
misalnya dengan jalan :
- menambah jumlah uang yang beredar,
- menurunkan bunga kredit bank,
- mengenakan pajak import,
- menurunkan pajak pendapatan atau pajak penjualan,
- menambah pengeluaran pemerintah,
- mengeluarkan obligasi negara dan sebagainya.
Kebijaksanaan-kebinksanaan semacam
ini mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa dilakukan tanpa harus mengubah
ketiga factor tersebut di atas.
Jadi seandainya kita menginginkan
kenaikan produksi dalam jangka pndek, kita bisa melakukannya dengan, misalnya:
- memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,
- mendorong pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif (menambah giliran kerja/shift),
- memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.
Kehijaksanaan-kebijaksanaan semacam
mi bisa menaikkan arus produksi barang/jasa tanpa mengubah ketiga faktor di
atas. Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan jangka pendek. Dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan untuk tujuan
stabilisasi.
Meskipun demikian perlu kita catat
di sini bahwa dalam praktek yang berkaitan antara masalah jangka pendek dan
masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama bagi negara-negara sedang
berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa mengkotakkan secara
jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka panjang.
Di banyak negara-negara sedang
berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan stabilisasi yang terlepas
dan kebijaksaanaan pembangunan ekonomi (jangka panjang). Seringkali
kebijaksanaa-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan di atas, meskipun
kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak bisa menghilangkan secara
tuntas penyakit makro, seperti inflasi dan pengangguran yang diderita oleh
masyarakat dalam jangka pendek. Sebabnya adalah bahwa di negara-negara tersebut
seringkali penyakit iniflasi dan pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab
“sturuktural,” yaitu pada faktor-faktor yang hanya bisa berubah atau diubah
dalam jangka panjang dan biasanya melalui pembangunan ekonomi dan social.
III. Kerangka Analisa makro
Setelah kita mengetahui duduk
persoalan mengenai masalah -masalah pokok apa yang dikaji dalam ekonomi makro,
maka pertanyaan selanjutnya adalah mengetahui bagaimana mengaji masalah-
masalah tersebut sehingga bisa diperoleh jawaban yang diinginkan.
Terdapat dua aspek utama dan
kerangka analisa ini. Yang pertarna adalah aspek mengenai “apa” yang disebut
kegiatan ekonomi makro dan “di mana” kegiatan tersebut dilakukan. Yang kedua
adalah aspek mengenai “siapa” pelaku-pelakunya.
a. Empat pasar Makro
Dalam analisa ekonomi makro kita
melihat kegiatan ekonomi nasional secara lebih menyeluruh dibanding dengan apa
yang kita pelajari dalam ekonomi Mikro. Kita tidak lagi melihat pasar beras,
pasan blue jeans, pasar rokok kretek, pasar Honda secana sendiri-sendiri. mi
sesuai dengan pengertian mengenai “pengendalian umum” di alas. Di sini kita
melihat pasar-pasar tersebut dan pasar-pasar barang/jasa lainnya sebagai satu
pasar besar, yang kita ben nama “pasar barang”. Tetapi dalam ekonomi makro kita
tidak hanya mempelajani satu pasar ini saja. Perekonomian nasional kita lihat
sebagai suatu sistem yang terdiri dan empat pasar besar yang saling berhubungan
satu sama lain, yaitu:
(a) Pasar Barang
(b) Pasar Uang
(c) Pasar Tenaga Kerja
(d) Pasar Luar Negeri
Di pasar luar negeri permintaan akan
barang ekspor kita he. sama dengan penawaran akan barang tersebut menentukan
harga rata-rata ekspor kita dan kuantitas atau volume ekspor, Harga –
harga dikalikan volume ekspor memberikan penerimaan devisa ekspor. Di pasar
yang sama permintaan masyarakat kita akan barang-barang impor dan menentukan
harga rata-rata impor dan ‘ volume impor. Juga di sini, harga rata-rata dikalikan
volume import memberikan pengeluaran devisa kita untuk impor barang-barang/jasa
tersebut. Untuk pasar luar negeri, seringkali menggabungkan pasar eksport dan
pasar impor dan mengamai apa yang terjadi dengan:
- 1) Neraca Perdagangan, yaitu penerimaan devisa ekspor dikurangi pengeluaran devisa untuk import atau Neraca Pembayaran apabila kila ingin pula mengetahui tentang aliran keluar-masuknya modal
- 2) Dasar Penukaran Luar Negeri(terms of trade), yaitu harga rata-rata ekspor kita dibagi dengan harga rata-rata impor kita.
- 3) Cadangan Devisa, yaitu persediaan devisa yang kita pun pada awal tahun plus saldo neraca pembayaran.
Dalam teori ekonomi makro
mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar.
Karena P dan Q tersebut adalah hasil pertemuan (atau perpotongan) antara kurva
permintaan dan kurva penawaran, maka ini berarti bahwa teori ekonomi makro pada
pokoknya mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi posisi kurva
permintaan dan penawaran di masingmasing pasar.
Selanjutnya dengan diketahuinya
faktor-faktor ini dan pengaruhnya terhadap posisi kurva permintaan dan
penawaran, maka kita selanjutnya bisa menanyakan faktor-faktor mana di antara
semua factor-faktor tersebut yang bisa dipengaruhi oleh pemerintah melalui
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonominya. Dengan demikian kita bisa mengetahui
kebijaksanaan-kebijaksanaan mana yang bisa digunakan oleh pemerintah untuk
mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar. Inilah tujuan akhir dan
mempelajari teori makro, yaitu untuk digunakan sebagai petunjuk bagi pemilihan
atau perumusan kebijaksanaan.
b. Lima Pelaku Makro
Dalam teori makro kita menggolongkan
orang-orarig atau lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan ekonomi menjadi limo
kelompok besar, yaitu:
(a) Rumah Tangga,
(b) Produsen,
(c) Pemerintah,
(d) Lembaga-lembaga Keuangan,
(e) Negara-negara Lain.
Kegiatan dan kelima kelompok pelaku
ini serta kaitannya dengan keempat pasar di atas dimana :
> Permintaan :
1. Pengeluaran konsumsi oleh Rumah
Tangga
2. Belanja barang oleh Pemerintah
3. Investasi oleh Perusahaan
4. Ekspor ke luar negeri
5. Kebutuhan tenaga kerja oleh
Pemerintah
6. Kebutuhan tenaga kerja oleh
Perusahaan
7. Kebutuhan uang tunai dan kredit
8. Kebutuhan Rumah Tangga akan uang
tunai
9. Kebutuhan Perusahaan-perusahaan
Asing akan rupiah
> Penawaran
- Hasil produksi dalam negeri
- Impor dan luar negeri
- Tenaga kerja yang disediakan oleh Rumah Tangga
- Suplai uang kartal
- Tabungan Rumah Tangga
- Suplai uang giral
- Suplai dana luar negeri.
* Kelompok Rumah Tangga melakukan
kegiatan-kegiatan pokok seperti:
- menerima penghasilan dan para produsen dan “penjualan” teraga kerja mereka (upah), deviden, dan dan menyewakan tanah hak milik mereka.
- menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas simpanan-simpanan mereka;
- membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang (sebagai konsumen);
- menyisihkan sisa dan penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga keuangan;
- membayar pajak kepada pemerintah;
- masuk dalam pasar uang sebagai “peminta” (demanders) karena kebutuhan mereka akan uang tunal untuk misalnya transaksi sehari-hari.
**Kelompok Produsen melakukan
kegiatan-kegiatan pokok berupa:
- memproduksikan dan menjual barang-barang/jasa-jasa (yaitu sebagai supplier di pasar barang);
- Menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh kelompok rumah tangga untuk proses produksi;
- menentukan pembelian barang-barang modal dan stok barang-barang lain (selaku investor masuk dalam pasar barang sebagai peminta atau demander);
- meminta kredit dan lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka (sebagai demander di pasar uang);
- membayar pajak.
***Kelompok Lembaga Keuangan mencakup
semua bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya kecuali bank sentral (Bank
Indonesia), Kegiatan mereka berupa:
- menerima simpanan/deposito dan rumah tangga;
- menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier dalam pasar uang).
- Pemerintah (termasuk di dalamnya bank sentral) melakukan kegiatan berupa:
- menarik pajak langsung dan tak langsung;
- membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang-barang kebutuhan pernerintah (sebagai demander di pasar barang),
- meminjam uang dan luar negeri;
- menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar tenaga kerja);
- menyediakan kebutuhan uang (kartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di pasar uang).
Negara-negara lain:
- menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di pasar barang);
- membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di pasar barang);
- menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri;
- membeli dan pasar barang untuk kebutuhan cabrng perusahaannya di Indonesia (sebagai investor);
- masuk ke dalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur uang (devisa) dan luar negeri (sebagai supplier dana) dan sebagai peminta kredit dan uang kartal rupiah untuk kebutuhan cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia (demander akan dana). (Singkatnya, sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan pasar uang luar negeri).