Identifikasi masalah, batasan
masalah,
serta rumusan masalah
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah adalah
pengenalan masalah atau inventarisir masalah. Identifikasi masalah adalah salah
satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain.
Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga
menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah
penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat
pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb).
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena. Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan yang lain.
Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah :
1. Bacaan
Bacaan yang berasal dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat dimedia cetak.
2.
Pertemuan Ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui
pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi. Lokakarya, konfrensi dan
sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang
memerlukan jawaban melalui penelitian.
3.
Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau
otoritas cenderung menjadi figure yang dianut oleh orang-orang yang ada
dibawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat
dijadikan sumber masalah. Pemegang otoritas di sini dapat bersifat formal dan
non formal.
4.
Observasi (Pengamatan)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat melahirkan suatu masalah. Contoh : Seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam proses belajar mengajar.
5.
Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat
mengenai sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang
sekarang dihadapi masyarakat tertentu. Demikian juga dengan menyebarkan angket
kepada masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan
masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk
mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk
menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6.
Pengalaman
Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehya sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
7.
Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. masalah penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan.
Ketujuh faktor diatas dapat saling
mempengaruhi dalam melahirkan suatu masalah penelitian, dapat juga berdiri
sendiri dalam mencetuskan suatu masalah. Jadi untuk mengindentifikasi masalah
dapat melalui sumber-sumber masalah di atas. Sumber-sumber masalah tersebut
dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah penelitian, dapat juga
melalui salah satu sumber saja.
Setelah masalah diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan masalah yang akan diangkat dalam suatu penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang baik.
Setelah masalah diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan masalah yang akan diangkat dalam suatu penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti, perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang baik.
B. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan
penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat tanya,
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya penelitian
akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si
peneliti. Masalah yang dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut
dapat diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara jelas, karena dengan
perumusan yang jelas, peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel
apa yang akan diukur dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai
tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang jelas, akan dapat dijadikan
penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pandangan yang
dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa salah
satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan
penelitian harus clear. Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya
disusun dengan kalimat yang jelas, tidak membingungkan. Dengan pertanyaan yang
jelas akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel apa yang ada dalam
pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya memudahkan dalam mendefenisikan
istilah atau variabel dalam pertanyaan penelitian. Dalam mendefenisikan istilah
tersebut depat dengan (1) Constitutive definition, yakni dengan pendekatan
kamus (dictionary approach), (2), Contoh atau by example dan (3) Operational
definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel penelitian secara
spesifik, rinci dan operasional.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah penelitian, antara lain adalah :
1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna
Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
2.
Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat pernyataan.
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan kalimat pernyataan.
3.
Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan yang diharapkan.
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan yang diharapkan.
4.
Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana mengukurnya.
Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana mengukurnya.
5.
Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah penelitian tersebut.
6.
Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan simpulan yang tegas. Kalau
disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya disertai
penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional.
C.
BATASAN MASALAH
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi ruang lingkup masalah yang terlalu luas / lebar sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga penelitian bisa lebih fokus untuk dilakukan. Dari sekian banyak masalah tersebut dipilihlah satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim disebut dengan batasan masalah). Batasan masalah jadinya berati pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa masalah yang sudah teridentifikasi.
Batasan masalah itu dalam arti lain
sebenarnya menegaskan atau memperjelas yang menjadi masalah. Dengan kata lain,
merumuskan pengertian dan menegaskannya dengan dukungan data-data hasil
penelitian pendahuluan seperti apa “sosok” masalah tersebut. Misal, jika yang
dipilih mengenai “prestasi kerja karyawan yang rendah” dipaparkanlah
(dideskripsikanlah) “kerendahan” prestasi kerja itu seperti apa (misalnya
kehadiran kerja seberapa rendah, keseriusan kerja seberapa rendah, kuantitas
hasil kerja seberapa rendah, kualitas kerja seberapa rendah).
Dapat pula batasan masalah itu dalam arti batasan pengertian masalah, yaitu menegaskan secara operasional (definisi operasional) masalah tersebut yang akan memudahkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data) tentangnya. Misal, dalam contoh di atas, prestasi kerja mengandung aspek kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau kesungguhan kerja (benar-benar melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan buang-buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang dihasilkan berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan, kecermatan dsb dari hasil karya).
Dapat pula batasan masalah itu dalam arti batasan pengertian masalah, yaitu menegaskan secara operasional (definisi operasional) masalah tersebut yang akan memudahkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan data) tentangnya. Misal, dalam contoh di atas, prestasi kerja mengandung aspek kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau kesungguhan kerja (benar-benar melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan buang-buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang dihasilkan berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan, kecermatan dsb dari hasil karya).
Pilihan makna yang mana yang akan
diikuti sebenarnya tidak masalah. Idealnya:
(1)
membatasi (memilih satu atau dua)
masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari yang sudah
diidentifikasi),
(2)
menegaskan pengertiannya, dan
(3)
memaparkan data-data yang memberikan
gambaran lebih rinci mengenai “sosoknya.”.
Seperti dalam contoh : Jadi, jika
masalahnya berupa “prestasi kerja karyawan yang rendah” (yang dipilih dari,
misalnya: kreativitas kerja yang rendah, kemampuan berinisiatif yang rendah,
kerja sama (kolegialitas) yang rendah, loyalitas yang rendah, dan lainnya),
maka yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) tentu mengenai kerendahan prestasi
kerja karyawan, bukan mengenai faktor penyebab rendahnya prestasi kerja
karyawan, atau upaya memotivasi karyawan. Jika yang jadi masalah kekurangan
fasilitas (sarana prasarana) pendidikan, maka yang disebutkan (dituliskan)
adalah bahwa yang akan diteliti (dipilih, dibatasi) adalah masalah kekurangan
fasilitas, bukan pengelolaan fasilitas. Kekurangan fasilitas dan pengelolaan
fasilitas merupakan dua hal yang berbeda [Ada masalah apa pula dengan
pengelolaan fasilitas? “Pengelolaan fasilitas” bukan masalah, itu topik atau
tema! Lain jika “salah kelola fasilitas” atau “ketidakefektivan pengelolaan
fasilitas”].
Referensi:
Drs. Cholid Narbuko, dkk. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Pekanbaru: Zanafa Publishing.
Ir. M. Iqbal Hasan, M.M. 2002. Metodologi Penelitian. -: Ghalia Indonesia.
Sukandarrumidi. 2002. . Metodologi Penelitian. Yoghyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.
Drs. Cholid Narbuko, dkk. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Pekanbaru: Zanafa Publishing.
Ir. M. Iqbal Hasan, M.M. 2002. Metodologi Penelitian. -: Ghalia Indonesia.
Sukandarrumidi. 2002. . Metodologi Penelitian. Yoghyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.
http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/24/memilih-dan-merumuskan-masalah-penelitian/
http://sylvie.edublogs.org/2007/05/08/merumuskan-masalah-penelitian/
http://romisatriawahono.net/2008/01/07/penelitian-tugas-akhir-itu-mudah-2-identifikasi-masalah/
http://sylvie.edublogs.org/2007/05/08/merumuskan-masalah-penelitian/
http://romisatriawahono.net/2008/01/07/penelitian-tugas-akhir-itu-mudah-2-identifikasi-masalah/
https://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/10/26/identifikasi-masalah-batasan-masalah-serta-rumusan-masalah/