بِــــــسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيـــمِ
SELAMAT DATANG DI BLOG ZARMI SUKSES - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

SELAMAT BAHAGIA

SELAMAT BERBAHAGIA

SELAMAT BERBAHAGIA

MENU

.

Radio Online Minang Cimbuak                Radio Online Minang Cimbuak

Sabtu, 14 Maret 2015

BAB-I. PENELITIAN DAN STATISTIK



BAB - I



Penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang perlu dipahami lebih lanjut yaitu :
1.      cara ilmiah,
2.      data,
3.      tujuan dan
4.      kegunaan.

Penelitian itu merupakan cara ilmiah, berarti penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu, 
  • rasional, 
  • empiris dan 
  • sistematis.  
Rasional artinya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.  
 
Empiris artinya cara-cara yang digunakan dalam penelitian itu teramati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang akan digunakan. (Bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari data hilangnya pesawat terbang melalui paranormal, memprediksi data nomor undian dengan bersemedi di tempat-tempat yang dianggap keramat, dan sebagainya).  
 
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. (lihat proses penelitian).

Data yang diperoleh melalui penelitian itu mempunyai kriteria tertentu, yaitu harus  
  • valid, 
  • reliable dan  
  • derajat ketepatan, yaitu ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. 
Misalnya data dalam obyek berwarna putih, maka data yang terkumpul oleh peneliti juga harus berwarna putih.  
Reliabel menunjukkan derajat konsistensi (keajegan) yaitu konsistensi data dalam interval waktu tertentu. Misalnya data yang terkumpul dari obyek kemarin berwarna putih, maka sekarang pun atau besok juga masih tetap berwarna putih. Obyektif (lawannya subyektif) menunjukkan derajat persamaan persepsi antar orang (interpersonal agreement). Jadi kalau orang tertentu melihat bahwa obyek itu berwarna putih, maka orang lainpun akan menyatakan sama yaitu putih.

Secara umum tujuan penelitian itu meliputi tiga macam yaitu yang bersifat 
  • penemuan, 
  • pembuktian dan  
  • pengembangan suatu pengetahuan.  
 
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu betul-betul data yang baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. 

Pembuktian berarti data yang diperoleh itu diperlukan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap suatu pengetahuan. Selanjutnya pengembangan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu digunakan untuk memperdalam dan memperluas suatu pengetahuan.
Melalui peneltian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami. Memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia. Memahami berarti memperjelas suatu masalah yang sebelumnya tidak diketahui lalu menjadi tahu. Memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti suatu upaya dilakukan sehingga masalah tidak timbul.


Yang diteliti adalah Variabel Penelitian.

1.  Pengertian
Adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi ttg hal tsb, kemudian ditarik kesimpulan -nya.
Dalam penelitian kuantitatif, biasanya peneliti melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu mungkin peneliti melanjutkan analisis untuk mencari hubungan satu variabel dengan variabel yang lain.
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, warna rambut merupakan atribut dari seseorang. Selanjutnya berat, ukuran, bentuk dan warna merupakan atribut dari obyek. Atribut ini akan bervariasi bila terjadi pada sekelompok orang atau obyek yang diambil secara random. Bila tinggi badan, motivasi kerja, kemampuan, gaya kepemimpinan dari 30 orang sama, maka semua itu bukanlah variabel. Jadi dikatakan variabel karena ada variasinya.


a.       Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor, dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Variabel Bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi.

b.      Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Antara variabel independen dan dependen, masing-masing tidak berdiri sendiri tetapi selalu berpasangan.

Contoh

Kepemimpinan dan Produktivitas Kerja
·        Ø  Kepemimpinan           = variabel independen
·        Ø  Produktivitas kerja     = variabel dependen

Panas dan Muai Panjang
·        Ø  Panas                          = variabel independen
·        Ø  Muai panjang              = variabel dependen

c.       Variabel moderator
Adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel independen ke dua. Contoh : hubungan antara suami dan isteri akan semakin akrab, bila telah mempunyai anak. Dalam hal ini anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan. Tetapi sebaliknya hubungan suami istri akan semakin renggang bila ada “fihak ketiga”. Dalam ini fihak ke tiga adalah variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan antara kemampuan dan produktivitas kerja akan semakin tinggi bila, etos kerja tinggi, dan hubungan antara kemampuan dan produktivitas kerja akan semakin rendah bila etos kerja rendah. Etos kerja sebagai variabel moderator.

d.      Variabel Intervening
Adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen, tetapi tidak teratur. Contoh : Anak yang pandai nilainya akan tinggi. Tetapi dalam kasus tertentu ada anak pandai tetapi nilainya rendah. Ternyata ia sedang sakit hati dan frustasi sewaktu mengerjakan soal ujian. Sakit hati dan frustasi merupakan variabel intervening yang masing sulit diukur, tetapi ada.

e.       Variabel Kontrol
Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel kontrol ini ditetapkan oleh peneliti, bila peneliti akan melakukan penelitian terutama dengan menggunakan metode eksperimen yang bersifat membuat perbandingan. Contoh : ingin melakukan penelitian untuk membandingkan kecepatan mengetik antara lulusan SMK dan SMU. Untuk penelitian ini maka perlu ditetapkan variabel kontrolnya, yaitu naskah yang diketik sama, mesin ketiknya sama, ruang kerjanya sama.


C.   Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian yang merumuskan paradigma adalah penelitian yang bersifat asosiatif.
Dengan paradigma penelitian itu, maka akan dapat digunakan sebagai panduan dalam merumuskan masalah penelitian, merumuskan hipotesis dan menentukan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Berikut beberapa contoh paradigma penelitian, mulai dari yang sederhana sampai yang komplek. Peneliti diharapkan mengembangkan sendiri, makin banyak variabel yang diteliti, maka statistik yang digunakan semakin rumit.

1.    Paradigma Sederhana
Menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu dependen
(X = penampilan kerja)
(Y = produktivitas kerja).
X --------------- r -------------Y
X = Kualitas Alat
Y = Kualitas Barang

Berdasarkan Paradigma tsb maka kita dpt menetukan
a.       Jumlah rumusan masalah deskriptif ada Dua & Asosiatif  ada Satu
1)      Rumusan masalah deskriptif ada (Dua)
a)      Bagaimana X ? ( Kualitas Alat )
b)      Bagaimana Y ? ( Kualitas barang yang dihasilkan )
2)      Rumusan masalah Asosiatif / Hubungan  ada (Satu)
a)      Bagaimana hubungan atau pengaruh kualitas alat dg kualitas barang yang dihasilkan. ?
b.  Teori yg digunakan ada 2 yaitu : teori ttg alat-alat kerja & ttg kualitas barang.
c.   Hipotesis yg dirumuskan ada2 yaitu : Hipotesis deskriptif & H. Asosiatif
d.  Teknik analisis data

Berdasarkan rumusan masalah & Hipotesis tsb , maka kita dpt menentukan teknik statistic yg digunakan utk analisis data menguji Hipotesis.
1)      Untuk H. Deskriptif
Bila datanya berbentuk interval & rasio maka pengujian hipotesisnya menggunakan  t – test one sampel
2)      Untuk H. Asosiatif
Bila datanya berbentuk interval & rasio maka pengujian hipotesisnya menggunakan  Statistik Kolerasi Produk Moment

2.    Paradigma Sederhana Berurutan
Menunjukkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain secara berurutan.

                                      X1   = kemampuan;       X3   = prestasi kerja
                                      X2   = penghasilan;        Y    = kesejahteraan


3.    Paradigma Ganda dengan dua Variabel Independen
Menunjukkan hubungan bersama-sama antara X1 dengan X2 terhadap Y.





X1   = Tata ruang kantor;             Y = Kelancaran
X2   = Kepemimpinan;

4.    Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen

                                        
X1 = Pemahaman terhadap tugas;             X3 = Kepuasan kerja
X2  = Kepemimpinan                                 Y  = Produktivitas kerja



5.    Paradigma Ganda dengan dua Variabel Dependen






X = Tingkat pendidikan;        Y2 = Kematangan kerja
Y1 = Kepuasan kerja;


6.    Paradigma Jalur Sederhana






X1 = Status Sosial Ekonomi;            X3   = Motivasi Berprestasi
X2 = IQ;                                           Y    = Prestasi


7.   



Paradigma Jalur Ganda




X1   = Kematangan Pribadi;                       X5    = Gaya Kepemimpinan
X2   = Gaya Kepemimpinan;                 X6   = Wibawa Kepemimpinan Kepala Sekolah

X3   = Wibawa Kepemimpinan;            Y    = Hasil Belajar   
X4   = Kematangan Guru;


4.        Proses Penelitian
Seperti telah dikemukakan bahwa penelitian itu dilakukan dengan cara ilmiah, sehingga langkah-langkahnya sistematis. Langkah-langkah sistematis dalam penelitian itu (khususnya penelitian kuantitatif) terlihat dalam proses penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.8.

Berdasarkan gambar 1.8 terlihat bahwa, penelitian itu dimulai dengan adanya masalah. Masalah merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah tersebut selanjutnya ingin dipecahkan oleh peneliti melalui penelitian. Supaya arah penelitian menjadi lebih jelas maka peneliti perlu berteori sesuai dengan lingkup permasalahan. Dengan berteori itu maka peneliyi dapat membangun kerangka pemikiran sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahn yang diajukan. Jawaban terhadap permasalahan yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis. Jadi hipotesis penelitian itu merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawabannya baru menggunakan teori.
Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis) itu maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Karena obyek sebagai populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel yang diambil dari populasi itu haruslah sampel yang representatif (mewakili). Untuk keperluan ini maka diperlukan teknik statistik untuk menentukan jumlah sampel (lihat bab teknik sampling).
Setelah populasi dan sampel sebagai obyek penelitian ditetapkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya peneliti mengumpulkan data dari obyek itu (obyek dapat manusia atau benda alam). Untuk dapat mengumpulkan data dengan teliti, maka peneliti perlu menggunakan instrumen penelitian (alat ukur). Instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan reliabel. Dengan instrumen yang valid dan reliabel ini diharapkan di dapat data yang valid dan reliabel pula. Bila peneliti ingin menyusun instrumen tersendiri, maka instrumen tersebut harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk keperluan ini maka diperlukan teknik statistik yang dapat digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen (lihat bab statistik untuk pengujian validitas dan reliabilitas instrumen).
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari populasi atau sampel yang ditetapkan selanjutnya dideskripsikan melalui penyajian data. Dengan demikian gambaran data menjadi lebih jelas baik bagi peneliti sendiri maupun oleh orang lain yang berminat untuk mengetahui. Untuk keperluan penyajian data ini, maka diperlukan teknik statistik, yaitu statistik deskriptif (lihat bab Statistik Deskriptif).
Kegiatan penelitian selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis data dilakukan terutama untuk menjawab rumusan masalah, dan menguji hipotesis yang telah diajukan. Terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas yaitu merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Sedangkan hipotesis statistik adalah dugaan keadaan populasi dengan menggunakan data sampel. Dengan demikian penelitian yang melakukan pengujian hipotesis statistik adalah penelitian yang menggunakan data sampel. Bila peneliti merumuskan hipotesis penelitian dan ingin mengujinya dengan menggunakan data populasi (bukan sampel) maka peneliti tidak akan menguji hipotesis statistik.
Ciri khas adanya pengujian hipotesis statistik adalah adanya taraf kesalahan yang ditetapkan, atau taraf signifikansi. Untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian maupun statistik maka diperlukan teknik statistik. Teknik statistik apa yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis dapat dilihat pada bab “Pedoman umum memilih teknik statistik”.
Setelah analisis data dilakukan, sehingga dapat dibuat keputusan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka kegiatan penelitian selanjutnya adalah memberikan pembahasan. Pembahasan merupakan “pencandraan” terhadap hasil penelitian maupun analisis dengan menggunakan berbagai referensi, sehingga hasil penelitian maupun analisisnya akan lebih dapat diyakini oleh fihak-fihak lain.
Langkah akhir dari kegiatan penelitian adalah membuat kesimpulan dan memberikan saran-saran. Kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap rumusan masalah penelitian dengan menggunakan data yang telah diperoleh (bukan hanya teori). Selanjutnya berdasarkan kesimpulan itu peneliti memberikan saran-saran. Saran-saran yang diberikan harus betul-betul dari hasil penelitian, bukan pemikiran.

E.       Peranan Statistik Dalam Penelitian
Dalam bab proses penelitian yang ditujukan pada gambar 1.9 terlihat jelas dimana peranan statistik dalam penelitian. Dari gambar tersebut terlihat jelas bahwa peranan statistik dalam penelitian adalah sebagai :
1.    Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari suatu populasi. Dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2.    Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Sebelum instrumen digunakan untuk penelitian, maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
3.    Teknik-teknik untuk menyajikan data, sehingga data lebih komunikatif. Teknik-teknik penyajian data ini antara lain; tabel, grafik, diagram lingkaran, dan pictogram.
4.    Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Dalam hal ini statistik yang digunakan antara lain; korelasi regresi, t-test, anova, dll.


E.  Macam-macam Statistik
 Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan sebagai alat. Alat untuk analisis, dan alat untuk membuat keputusan.

Statistik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu statistik
1.      Deskriptif dan s
2.      tatistik Inferensial.
Selanjutnya statistik inferensial dapat dibedakan menjadi
1.      statistik Parametris dan
2.      Non Parametris.

Statistik Deskriptif
 adalah sttaistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensi).
Penelitian yang tidak menggunakan sampel, analisisnya akan menggunakan statistik deskriptif. Demikian juga penelitian yang menggunakan sampel, tetapi peneliti tidak bermaksud untuk membuat kesimpulan untuk populasi dari mana sampel diambil, maka statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif. Dalam hal ini Teknik Korelasi dan Regresi juga dapat berperan sebagai statistik Deskriptif.

Statistik inferensial adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. Terdapat dua macam statistik inferensial yaitu; statistik parametris dan nonparametris. Statistik parametris terutama digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan statistik nonparametris, terutama digunakan untuk mengalisis data nominal, dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi. Jadi tidak harus normal. Dalam hal ini Teknik Korelasi dan regresi dapat berperan sebagai Statistik Inferensial. Bermacam-macam statistik ini dapat digambarkan seperti pada gambar 1.10 berikut :


E.       Berbagai Macam Data Penelitian
Data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring). Data kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua besar, yaitu data diskrit dan data kontinum. Data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasil menghitung atau membilang (bukan mengukur). Misalnya jumlah meja ada 20, jumlah orang ada 12 dan sebagainya. Data ini sering juga disebut dengan data nominal. Data nominal biasanya diperoleh dari penelitian yang bersifat eksploratif atau survey. Data kontinum adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinum dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : data Ordinal, Interval, dan Rasio.


Data ordinal adalah data yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Oleh karena itu jarak satu data dengan yang lain mungkin tidak sama. Juara I, II, III; Golongan I, II, III, IV; Eselon I, II, III, IV dan sebagainya. Data ordinal biasanya makin kecil angkanya, maka semakin tinggi nilainya. Juara I lebih baik dari II; Eselon I, lebih tinggi dari II. Yang agak janggal adalah golongan I, mestinya lebih tinggi dari II. Untuk pegawai Negeri ternyata tidak. Menurut data ini, Eselon I, mestinya golongan gajinya juga 1. Untuk Pegawai Negeri, Eselon I golongan gajinya adalah IV, hal ini jadi rancu. Data ordinal ini dapat dibentuk dari data interval atau rasio. Pengertian keduanya akan duraikan berikut ini.
Data interval adalah data yang jaraknya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol abdolut (mutlak). Pada data ini, walaupun datanya nol, tetapi masih mempunyai nilai. Misalnya nol derajat Celcius, ternyata masih ada nilainya. Dalam penelitian sosial yang instrumennya menggunakan Skala Likert, Guttman, Semantic Differential, Thurstone, data yang diperoleh adalah data interval. Data ini dapat dibuat menjadi data ordinal.
Data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai no absolut. Jadi kalau data nol berarti tidak ada apa-apanya. Hasil pengukuran panjang (M), berat (Kg) adalah contoh data rasio. Bila nol meter maka tidak ada panjangnay, demikian juga bila nol kg tidak ada beratnya. Data ini bisa dibuat penjumlahan dan perkalian. 5 kg + 5 kg = 10 kg. Untuk jenis data yang lain tidak bisa demikian. Oleh karena itu data yang paling teliti adalah data rasio. Data ini dapat disusun ke dalam data interval ataupun ordinal.

E.       Pedoman Umum Memilih Teknik Statistik
Terdapat bermacam-macam teknik statistik yang dapat digunakan dalam penelitian khususnya dalam pengujian hipotesis. Pedoman umum ini ditunjukkan pada tabel 1.1. Teknik statistik mana yang akan digunakan untuk pengujian tergantung pada interaksi dua hal yaitu macam data yang akan dianalisis, dan bentuk hipotesisnya. Seperti dalam jenis penelitian menurut “tingkat eksplanasinya” maka bentuk hipotesis ada tiga, yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Hipotesis komparatif ada dua macam iayu komparatif dua sampel dan lebih dari dua sampel. Untuk masing-masing hipotesis komparatif dibagi menjadi dua yaitu sampel related (berpasangan) dan sampel yang independen. (lihat tabel 1.1).
Contoh sampel yang berpasangan adalah sampel yang diberi pretest dan postest, atau sampel yang digunakan dalam penelitian eksperimen sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jadi antara sampel yang diberi treatment (perlakuan) dan yang tidak diberi perlakuan adalah sampel yang related. Contoh sampel yang independen adalah misalnya membandingkan antara prestasi kerja pegawai pria dan wanita.
Berikut ini diberikan contoh rumusan hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif.
1.    Hipotesis Deskriptif
Ho  :  Daya tahan lampu merk X = 500 jam
Ha  :  Daya tahan lampu merk X ≠ 500 jam
2.    Hipotesis Komparatif
Ho  :  Daya tahan lampu merk X = 500 jam
Ha  :  Daya tahan lampu merk X ≠ 500 jam
3.    Hipotesis Asosiatif
Ho : Tidak ada hubungan antara tegangan dengan daya tahan lampu
Ha  : Ada hubungan antara tegangan dengan daya tahan lampu
Untuk contoh hipotesis tersebut, datanya adalah data rasio (jam) teknik statistik yang digunakan adalah :
1.    Untuk hipotesis deskriptif statistiknya adalah t-test satu variabel (data interval, hipotesis deskriptif).
2.    Untuk hipotesis komparatif juga dipakai t-test (dua sampel independen). Data interval, hipotesis komparatif dua sampel independen.
3.    Untuk hipotesis asosiatif pakai Pearson Product Moment. Data interval, hipotesis asosiatif atau hubungan. Lihat tabel 1.1.
Bila data nominal, hipotesis asosiatif, teknik statistik yang digunakan adalah Cotingency Coefisien, atau Cramer’s statistik Lamda. Jadi tabel 1.1 dapat digunakan sebagai kunci dalam memilih teknik statistik untuk pengujian hipotesis penelitian.
Buku ini menyajikan semua teknik statistik yang ada pada tabel 1.1 tersebut di atas, berikut contoh-contohnya dalam pengujian hipotesis. Bila pembaca telah memahami semua teknik statistik tersebut, mulai Binomial sampai Multiple Correlation, maka anda telah menjadi analis dalam penelitian kuantitatif.


Seperti dikemukakan bahwa, statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendikripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Dalam statistik deskriptif ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi; grafik garis maupun batang; diagram lingkaran; piktogram; penjelasan kelompok melalui modus, median, mean, dan varfiasi kelompok melalui rentang dan simpangan baku.

Setiap peneliti harus dapat menyajikan data yang telah diperoleh, baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara, kuisioner (angket) maupun dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data adalah komunikatif dan lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik perhatian fihak lain untuk membacanya dan mudah memahami isinya. Penyajian data yang komunikatif dapat dilakukan dengan : penyajian data dibuat berwarna, dan bila data yang disajikan cukup banyak maka perlu bervariasi penyajiannya (tidak hanya dengan tabel saja).
Penyajian data dengan pictogram, (yang dapat menggambarkan realitas yang sebenarnya) merupakan penyajian data yang paling komunikatif, hanya sulit membuatnya dan mahal. Tetapi setelah ada peralatan komputer ini tidak menjadi masalah lagi.
Beberapa cara penyajian data yang akan dikemukakan disini adalah penyajian dengan tabel, grafik, diagram lingkaran dan pictogram.

1.    Tabel
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel merupakan penyajian yang banyak digunakan, karena lebih efisien dan cukup komunikatif. Terdapat dua macam tabel, yaitu tabel biasa dan tabel distribusi frekuensi.
Setiap tabel berisi judul tabel, judul setiap kolom, nilai data dalam setiap kolom, dan sumber data darimana data tersebut diperoleh. Contoh-contoh penyajian dengan tabel biasa ditujukan pada tabel 2.1 merupakan tabel dengan data nominal; tabel 2.2. merupakan tabel dengan data ordinal, dan tabel 2.3 merupakan tabel dengan data interval.

Telah dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui komposisi pendidikan pegawai di PT. Lodaya. 

Berdasarkan studi dokumentasi diperoleh keadaan sebagai berikut :
1.    Di bagian Keuangan : jumlah pegawai yang lulus S1 = 25 orang; Sarjana Muda = 90 orang; SMU = 45 orang, SMK = 158 orang; SMP = 12 orang; dan SD = 3 orang.
2.    Di bagian Umum : jumlah pegawai yang lulus S1 = 5 orang; Sarjana Muda = 6 orang; SMU = 6 orang, SMK = 8 orang; SMP = 4 orang; dan SD = 1 orang.
3.    Di bagian Penjualan : jumlah pegawai yang lulus S1 = 7 orang; SMK = 65 orang; SMP = 37 orang; dan SD = 5 orang.
4.    Di bagian Litbang : jumlah pegawai yang lulus S1 = 1 orang; S2 = 8 orang; S1 = 35 orang.
Berdasarkan data mentah tersebut, maka dapat disusun ke dalam tabel seperti ditunjukkan pada tabel 2.1. berikut.

Judul tabel 2.1 adalah KOMPOSISI PENDIDIKAN PEGAWAI DI PT. LODAYA. Pada tabel tersebut judul kolomnya adalah : No., bagian, tingkat pendidikan dan jumlah. Judul tabel ditulis di tengah (di atas tabel) dan dengan huruf besar.

b.    Contoh Tabel Data Ordinal
Contoh tabel yang berisi data Ordinal ditunjukkan pada tabel 2.2. Data tersebut disusun berdasarkan hasil penelitian terhadap kinerja aparatur pemerintahan di salah satu Propinsi di Pulau Jawa. Data ordinal ditunjukkan pada data yang berbentuk peringkat/rangking. Misalnya rangking kinerja yang paling baik yaitu No. 1 berupa kondisi fisik tempat kerja. (kinerja yang berbentuk prosentase, misalnya 61,9 % adalah data rasio).

c.    Contoh Tabel Data Interval
Contoh tabel ini ditunjukkan pada tabel 2.3. data tersebut merupakan sebagian kecil hasil penelitian terhadap kepuasan kerja pegawai di salah satu Propinsi di Jawa. Instrumen yang digunakan disusun dengan Skala Likert dengan interval 1 s/d 4, dimana skro 1 berarti sangat tidak puas, 2 tidak puas, 3 puas, 4 sangat puas. Skala Likert tersebutakan menghasilkan data interval. Berdasarkan 1055 responden, setelah dianalisis hasilnya ditunjukkan dalam tabel tersebut. Komponen kepuasan meliputi : kepuasan dalam gaji, insentif, transportasi, perumahan, dan hubungan sosial (antara sesama pegawai, dan pimpinan). Berdasarkan tabel tersebut, tingkat kepuasan yang paling tinggi adalah kepuasan dalam pelayanan transportasi, yaitu sebesar 68,60. Skor tertinggi = 70.

2.    Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel distribusi frekuensi disusun bila jumlah data yang akan disajikan cukup banyak, sehingga kalau disajikan dalam tabel biasa menjadi tidak efisien dan kurang komunikatif. Selain itu, tabel ini dapat digunakan sebagai persiapan untuk pengujian terhadap normalitas data yang menggunakan kertas Peluang Normal. Contoh tabel distribusi frekuensi ditunjukkan pada tabel 2.4.


a.    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Tabel Distribusi Frekuensi
1)      Tabel distribusi mempunyai sejumlah klas. Pada contoh tersebut jumlah kleas intervalnya adalah 9 yaitu nomor 1 s/d 9.
2)      Pada setiap klas mempunyai klas interval. Interval nilai bawah dengan atas sering disebut dengan panjang klas. Jadi panjang klas adalah jarak antara nilai batas bawah dengan batas atas pada setiap klas. Batas bawah pada contoh nilai yang ada pada sebelah kiri tiap kelas (10, 20, 30, ....., 90). Sedangkan batas atas ditunjukkan pada nilai sebelah kanan yaitu 19,29, 39, ....., 100 (angka terakhir mestinya 99, tetap nilai tertinggi adalah 100), jadi 100 langsung dimasukkan sebagai batas atas.
3)      Setiap klas interval mempunyai frekuensi (jumlah). Sebagai contoh pada klas ke 3, mahasiswa yang mendapat nilai antara 30 – 39 frekuensinya (jumlahnya = 9).
4)      Tabel distribusi frekuensi tersebut bila dibuat menjadi tabel biasa akan memerlukan 150 baris (n = 150) jadi akan menjadi panjang.

b.   Pedoman Umum Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Langkah pertama dalam membuat tabel distribusi frekuensi adalah menentukan klas interval. Dalam menentukan jumlah klas interval tersebut terdapat tiga pedoman yang dapat diikuti yaitu :
1).   Ditentukan Berdasarkan Pengalaman
Berdasarkan pengalaman, jumlah klas interval yang dipergunakan dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi berkisar antara 6 s/d 15 klas. Makin banyak data, maka akan semakin banyak jumlah klasnya. Namun jumlah klas tersebut paling banyak adalah 15 klas, karena kalau sudah dari itu tabel menjadi panjang.

2).   Ditentukan dengan Membaca Grafik
Pada gambar 2.1 ditunjukkan grafik yang menunjukkan hubungan antara banyaknya data (n) dengan jumlah klas interval yang diperlukan dalam pembuatan tabel distribusi frekuensi. Garis yang vertikal menunjukkan jumlah klas intervalnya, sedangkan yang horisontal menunjukkan jumlah data observasi. Dari grafik dapat dibaca, misalnya jumlah data observasi 50 (n), maka jumlah klas interval yang diperlukan adalah 8. Sedangkan bila jumlah data 200, maka jumlah klasnya sekitar 12. Dengan pedoman ini, maka bagi yang belum berpengalaman akan dapat menentukan klas intervalnya tanpa ragu-ragu.

3).   Ditentukan Dengan Rumus Struges
Jumlah klas interval dapat dihitung dengan rumus Sturges, seperti ditunjukkan pada rumus 2.1 berikut


Misal jumlah data 150, maka jumlah klasnya =
K = 1 + 3,3 log 150 = 1 + 3,3 . 2,17 = 8,18 dapat dibulatkan menjadi 8 atau 9.

Berdasarkan grafik tersebut, bila jumlah datanya 200, maka jumlah klas intervalnya = 20.

c.    Contoh Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi
Data berikut ini merupakan nilai ujian Matakuliah Statistik dari 150 mahasiswa. Berdasarkan data tersebut di atas, maka 

langkah-langkah yang diperlukan dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut : 
27      79      69     40      51      88      55      48     36      61
53      44      94     51      65      42      58      55     69      63
70      48      61     55      60      25      47      78     61      54
57      76      73     62      36      67      40      51     59      68
27      46      62     43      54      83      59      13     72      57
82      45      54     52      71      53      82      69     60      35
41      65      62     75      60      42      55      34     49      45
49      64      40     61      73      44      59      46     71      86
43      69      54     31      36      51      75      44     66      53
80      71      53     56      91      60      41      29     56      57
35      54      43     39      56      27      62      44     85      61
59      89      60     51      71      53      58      26     77      68
62      57      48     69      76      52      49      45     54      41
33      61      80     57      42      45      59      44     68      73
55      70      39     59      69      51      85      46     55      67

1)    Menghitung Jumlah Klas Interval
K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 150
     = 1 + 3,3 . 2,17      = 8,18

Jadi jumlah klas interval 8 atau 9. Pada kesempatan ini digunakan 9 klas.

2)   Menghitung Rentang Data
Yaitu data terbesar dikurangi data yang terkecil. Data terbesar = 94 dan terkecil = 13.
Jadi 94 – 13 = 81

3)   Menghitung Panjang Klas = rentang dibagi Jumlah Klas
81 : 9 = 9
Walaupun dari hitungan panjang klas diperoleh 9, tetapi pada penyusunan tabel ini digunakan panjang klas 10, agar nilai batas bawah semua berakhir nol dan batas atas 9. Hal ini akan lebih komunikatif bila dibandingkan dengan menggunakan panjang klas 9.

4)   Menyusun Interval Klas
Secara teoritis penyusunan klas interval dimulai dari data yang terkecil, yaitu 13. Tetapi supaya lebih komunikatif, maka dimulai dengan angka 10, sehingga tabel tersusun seperti berikut :

5)   Setelah klas interval tersusun, maka untuk memasukkan data guna mengetahui frekuensi pada setiap klas interval dilakukan dengan menggunakan tally.

6)   Cara memasukkan tally yang cepat dan tepat
Adalah dengan cara memberi tanda centang (Ö) pada setiap angka yang sudah dimasukkan pada setiap klas, dan mulai dari data awal. Misalnya data yang paling awalah adalah angka 27, maka data 27 itu termasuk pada klas no. 2 yaitu (20 – 29). Kemudian angka 27 ini diberi tanda centang, yang berarti data tersebut telah dimasukkan ke dalam klas interval. Selanjutnya angka 53, ternyata angka tersebut masuk pada klas no. 5 kalau semua angka telah diberi tanda centang, berarti semua data telah masuk pada setiap kelas interval. Jumlah tally harus sama dengan jumlah data.

7)   Sesudah frekuensi ditemukan maka tally dihilangkan, dan data yang disajikan adalah seperti yang tertera dalam tabel 2.4. setiap data yang disajikan dengan teknik apapun harus diberi judul. Judul harus disingkat, jelas, tetapi semua isi tercermin dalam judul.

d.    Total Distribusi Frekuensi Kumulatif
Tabel ini merupakan pengembangan dari tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi kumulatif adalah tabel yang menunjukkan jumlah observasi yang menyatakan kurang dari nilai tertentu. Untuk memulai pernyataan “kurang dari” digunakan batas bawah dari klas interval ke 2. Untuk contoh pada tabel 2.5 digunakan angka 20.
Selanjutnya frekuensi kumulatif, adalah merupakan penjumlahan frekuensi dari setiap klas interval, sehingga jumlah frekuensi terakhir jumlahnya sama dengan jumlah data observasi (untuk contoh tersebut adalah 150).


Perhatikan :
1)      Kumulatif setiap nilai adalah jumlah nilai klas dengan dibawahnya. Misalnya kurang dari 40 adalah 1 + 6 + 9 = 16.
2)      Pernyataan “kurang dari” untuk yang terakhir, adalah nilai batas atas klas interval terakhir ditambah 1. Misalnya batas atas untuk klas interval terakhir adalah 100. Setelah ditambah 1 menjadi 101. Oleh karena itu kalimat terakhir adalah, kurang dari 101.

e.    Tabel Distribusi Frekuensi Relatif
Sering penyajian data akan lebih mudah dipahami bila dinyatakan dalam prosen (%). Penyajian data yang merubah frekuensi menjadi prosen, dinamakan Tabel Distribusi Frekuensi Relatif diberikan pada tabel 2.7. Cara pembuatannya adalah dengan merubah frekuensi menjadi prosen. Penyajian didasarkan pada tabel 2.5. Angka 0,65 adalah diperoleh dari 1 : 150 x 100%.



f.    Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Kumulatif
Bentuk tabelnya seperti tabel 2.6., tetapi frekuensi kumulatif yang tertera dalam tabel dirubah menjadi prosentase. Contoh diberikan pada tabel 2.8 berikut.

3.    Grafik
Selain dengan tabel, penyajian data yang cukup populer dan komunikatif adalah dengan grafik. Pada umumnya terdapat dua macam grafik yaitu : grafik garis (polygon) dan grafik batang (Histogram). Grafik batang ini dapat dikembangkan lagi menjadi grafik balok (tiga dimensi). Suatu grafik selalu menunjukkan hubungan antara “jumlah” dengan variabel lain, misalnya waktu.

a.    Grafik Garis
Grafik garis dibuat biasanya untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan. Perkembangan tersebut bisa naik bisa turun. Hal ini akan nampak secara visual melalui garis dalam grafik. 



C.  Pengukuran Gejala Pusat (Central Tendency)
Setiap penelitian selalu berkenaan dengan sekelompok data. Yang dimaksud kelompok disini adalah, satu orang mempunyai sekelompok data, atau sekelompok orang mempunyai satu macam data misalnya, sekelompok murid di klas dengan satu nilai mata kuliah. Gabungan keduanya misalnya sekelompok, mahasiswa di klas dengan berbagai nilai mata kuliah.
Dalam penelitian, peneliti akan memperoleh sekelompok data variabel tertentu dari sekelompok responden, atau obyek yang diteliti. Misalnya melakukan penelitian tentang kemampuan kerja pegawai di lembaga X, maka peneliti akan mendapatkan data tentang kemampuan pegawai di lembaga X tersebut. Prinsip dasar dari penjelasan terhadap kelompok yang diteliti adalah bahwa penjelasan yang diberikan harus betul-betul mewakili seluruh kelompok pegawai di lembaga X tersebut.
Beberapa teknik penjelasan kelompok yang telah diobservasi dengan data kuantitatif, selain dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel dan gambar, dapat juga dijelaskan menggunakan teknik statistik yang disebut : Modus, Median, Mean.
Modus, Median, dan Mean, merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan kelompok, yang didasarkan atas gejala pusat (tendency central) dari kelompok tersebut, namun dari tiga macam teknik tersebut, yang menjadi ukuran gejala pusatnya berbeda-beda.

1.    Modus (Mode)
Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang sedang populer (yang sedang menjadi mode) atau yang sering muncul dalam kelompok tertsebut.
Contoh data kualitatif :

a.    Seorang peneliti data di Yogyakarta, dan melihat para siswa dan mahasiswa masih banyak yang naik sepeda. Selanjutnya peneliti dapat menjelaskan dengan Modus, bahwa (kelompok) siswa dan mahasiswa di Yogya masih banyak yang naik sepeda.
b.    Kebanyakan pemuda Indonesia menghisap rokok.
c.    Pada umumnya Pegawai Negeri tidak disiplin kerjanya.
d.   Pada umumnya warna mobil tahun 70-an adalah cerah, sedangkan tahun 80-an warnanya gelap.

Contoh data kuantitatif
Hasil observasi terhadap umur pegawai di Departemen X adalah : 20, 45, 60, 56, 45, 20, 19, 57, 45, 45, 51, 35. Untuk mengetahui modus umur dari pegawai tersebut dapat digunakan pertolongan melalui tabel berikut :



Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang paling banyak muncul dari observasi adalah umur 45. Munculnya sebanyak 5 kali, atau frekuensinya 5. Jadi dapat dijelaskan bahwa, kelompok pegawai Departemen X sebagian besar berumur 45 tahun.
Dalam suatu kelompok data hasil observasi, mungkin modusnya lebih dari satu. Dari 13 orang di atas misalnya terdapat 5 orang yang berumur 45 tahun, dan 2 orang berumur 20 tahuan. Maka modusnya adalah 45 dan 20 tahun.

1.    Median
Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Misalnya data umur pegawai di Departemen X (contoh dalam modus), untuk dapat mencari mediannya harus disusun terlebih dahulu urutannya. Dari data yang diberikan setelah disusun urutannya dari terkecil sampai yang terbesar menjadi seperti berikut : 19, 20, 20, 35, 45, 45, 45, 45, 45, 51, 56, 57, 60.
Nilai tengah dari kelompok data tersebut adalah urutan ke 7, yaitu 45. Jadi mediannya = 45. Kebetulan disini mediannya = modus. Misalnya tinggi badan 10 mahasiswa adalah seperti berikut :
145, 147, 167, 166, 160, 164, 165, 170, 171 cm.
Untuk mencari median, maka data tersebut harus diurutkan terlebih dahulu dari yang kecil atau sebaliknya. Kalau diurutkan dari yang besar menuju kecil adalah :
180, 171, 170, 167, 166, 165, 164, 160, 147, 145 cm.
Jumlah individu dalam kelompok tersebut adalah genap, maka nilai tengahnya adalah dua angka yang di tengah dibagi dua, atau rata-rata dari dua angka yang tengah. Nilai tengah dari kelompok tersebut adalah, nilai ke-5, dan ke 6. Mediannya = (166 + 165) : 2 = 165,5 cm. Dengan demikian dapat dijelaskan rata-rata median tinggi badan kelompok mahasiswa itu adalah 165,5 cm.

2.    Mean
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini di dapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut. Hal ini dapat dirumuskan seperti rumus 2.2 berikut :

Contoh :
Sepuluh pegawai di PT Samudra penghasilan sebulannya dalam satuan ribu rupiah adalah seperti berikut :
90, 120, 160, 180, 190, 90, 180, 70, 160
Untuk mencari mean atau rata-rata data tersebut tidak perlu diurutkan nilainya seperti dalam mencari median, tetapi dapat langsung dijumlahkan, kemudian dibagi dengan jumlah individu dalam kelompok tersebut. Berdasarkan data tersebut maka mean dapat dihitung yaitu :
Me = (90 + 120 + 160 + 60 + 180 + 190 + 180 + 70 + 160) : 10
Me = 150 ribu rupiah.
Jadi penghasilan rata-rata pegawai di PT Samudra = Rp.150.000,-.

Seperti telah dikemukakan bahwa, menjelaskan keadaan kelompok berarti setiap pernyataan kualitatif maupun kuantitatif yang ditujukan pada kelompok itu harus dapat mewakili individu-individu yang ada dalam kelompok itu. Ini berarti bahwa setiap pernyataan yang ditujukan pada kelompok itu diharapkan tidak terjadi penyimpangan yang ekstrim dengan setiap individu di dalam kelompok itu. Misalnya memberikan penjelasan kelompok dengan mean, yang menyatakan rata-rata penghasilan pegawai di suatu departemen adalah Rp.150.000,- maka individu-individu dalam kelompok itu penghasilannya tidak jauh dari Rp.150.000,-.
Contoh :
Delapan penduduk di desa Sukarame, penghasilannya setiap bulan dalam satuan ribu rupiah adalah seperti berikut :
70, 90, 90, 600, 1200, 1800.

Penghasilannya rata-rata (mean) 8 penduduk itu adalah :
Mean = 617,5 ribu rupiah
Jadi rata-rata penghasilan kelompok itu = Rp.617.500,00. Sekarang kelihatan bahwa rata-rata penghasilan kelompok itu kurang mewakili individu yang berpenghasilan Rp.190.000 ke bawah, dan Rp.1.200.000,- ke atas. Disini terjadi jarak penghasilan yang sangat ekstrim. Untuk ini maka sebaliknya tidak digunakan “mean” sebagai alat untuk menjelaskan keadaan kelompok tersebut, tetapi digunakan median.
Harga rata-rata median untuk delapan orang tersebut adalah :
Harga ini akan lebih mewakili penghasilan 8 orang penduduk desa Sukarame tersebut.

Dari tiga teknik penjelasan kelompok seperti yang telah dikemukakan (Modus, Median, Mean), masing-masing teknik ada yang lebih menguntungkan. Digunakan modus, bila peneliti ingin cepat memberikan penjelasan terhadap kelompok, dengan hanya mempunyai data yang populer pada kelompok itu teknik ini kurang teliti. Median digunakan bila terdapat data yang ekstrim dalam kelompok itu, sedangkan mean digunakan bila pada kelompok itu terdapat kenaikan data yang merata.
Bila peneliti ragu dalam menggunakan berbagai teknik penjelasan kelompok ini, maka sebaiknya ketiga teknik tersebut digunakan bersama. Jadi modus, median dan mean, dari data kelompok itu dihitung semuanya, dan disajikan. Agar pembaca memberikan interpretasi sendiri, dan membuat kesimpulan sendiri, mana yang dianggap paling mewakili kelompok yang dijelaskan.

4.    Menghitung Modus, Median, Mean Untuk Data Bergolong. (Tersusun dalam tabel Distribusi Frekuensi).
Contoh :
Data hasil test tentang kemampuan managerial terhadap 100 pegawai di PT Tanjung Sari, setelah disusun kedalam distribusi adalah seperti tabel 2.10 berikut. (range nilai kemampuan managerial antara 0 s/d 100).


Berdasarkan data tersebut di atas hitunglah, Mode, Median, dan Meannya.

a.    Mengitung Modus
Untuk menghitung modus data yang telah disusun kedalam distribusi frekuensi/data bergolong, dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Mo  =   Modus
b     =   Batas klas interval dengan frekuensi terbanyak.
P     =   Panjang klas interval dengan frekuensi terbanyak.
b1     =   Frekuensi pada klas modus (frekuensi pada klas interval yang terbanyak) dikurangi frekuensi klas interval terdekat sebelumnya.
b2    =   Frekuensi klas modus dikurangi frekuensi klas interval berikutnya.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tentang nilai kemampuan manajerial 100 pegawai di PT Tanjung Sari, maka dapat ditemukan :
a.    Klas Modus = klas ke empat (f-nya terbesar = 30)
b.    B = 51 – 0,5 = 50,5
c.    b1 = 30 – 18 = 12 (30 = f klas modus, 18 = f klas sebelumnya)
d.   b2 = 30 – 20 = 10 (10 = f klas berikutnya, setelah klas pada f 30)

b.    Mengihitung Median
Untuk menghitung rata-rata rumus yang digunakan adalah :

Dimana :
Md    =   Median
b        =   Batas bawah, dimana median akan terletak
n        =   Banyak data/jumlah sampel
F       =   Jumlah semua frekuensi sebelum klas median
f        =   Frekuensi klas median

Median dari nilai kemampuan managerial 100 pegawai PT Tunjung Sari dapat dihitung dengan rumus di atas. Dalam hal ini :
Setengah dari seluruh data = ½ x 100 = 50. Jadi median akan terletak pada interval ke empat, karena sampai pada interval ini jumlah frekuensi sudah lebih dari 50, tepatnya 56.
Dengan demikian pada interval ke empat ini merupakan klas median batas bawahnya (b) adalah 51 – 0,5 = 50,5. Panjang klas mediannya (p) adalah 10, dan frekuensi = 30 (lihat tabel). Adapun F nya = 2 + 6 + 18 + 26.


c.    Menghitung Mean
Untuk menghitung mean dari data bergolong tersebut, maka terlebih dahulu data tersebut disusun menjadi tabel berikut sehingga perhitungannya mudah dilakukan. Rumus untuk menghitung mean dari data bergolong adalah :


Dimana :
Me    =   Mean untuk data bergolong
fi          =   Jumlah data/sampel
fiXi     =   Produk perkalian antara fi pada taip interval data dengan tanda klas (Xi). Tanda klas Xi adalah rata-rata dari batas bawah dan batas pada setiap interval data. Misalnya fi untuk interval pertama =
Berdasarkan tabel penolong itu, maka mean dari data bergolong itu dapat dihitung dengan rumus yang telah diberikan.
Jadi rata-rata mean dari nilai kemampuan 100 pegawai PT. Tunjung Sari tersebut adalah 60,72.

D.  Pengukuran Variasi Kelompok
Untuk menjelaskan keadaan kelompok, dapat juga didasarkan pada tingkat variasi data yang terjadi pada kelompok tersebut. Untuk mengetahui tingkat variasi kelompok data dapat dilakukan dengan melihat rentang data dan standar deviasi atau simpangan baku dari kelompok data yang telah diketahui.

1.    Rentang Data
Rentang data range dapat diketahui dengan jelan mengurangi data terbesar dengan data terkecil yang ada pada kelompok itu. Rumusnya adalah :

Dimana :
R    =   Rentang
Xt    =   Data terbesar dalam kelompok
Xr    =   Data terkecil dalam kelompok

Contoh :
Sepuluh pegawai di lembaga X, gaji masing-masing tiap bulan dalam satuan ribu rupiah adalah :
50, 75, 150, 170, 175, 190, 200, 400, 600, 700
Data terkecil dari kelompok itu         = 50
Data terbesar                                      = 700
Jadi rentang R                                    = 700 – 50 = 650
Jadi rentang gaji 10 orang pegawai tersebut adalah Rp.650 ribu rupiah.

Rentang data inilah yang menunjukkan tingkat variasi kelompok. Misalnya rentang gaji PT. X = Rp.300.000,-. Sedangkan di PT. Y rentang gajinya = Rp.500.000,-. Hal ini berarti di PT. Y pegawainya lebih bervariasi.

2.    Varians
Salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan varians. Varians merupakan jumlah kuadrat semua variabel nilai-nilai individual terhadap rata-rata kelompok. Akar varians disebut standar deviasi atau simpangan baku. Varians populasi diberi simbol σ dan standar deviasi adalah σ. Sedangkan varian untuk sampel diberi simbol s2 dan standar deviasi sampel diberi simbol s. Contoh menghitung dan tabel penolong untuk menghitung varians dan standar deviasi diberikan dalam tabel 2.11 dalam tabel tersebut ditunjukkan nilai sttaistik suatu kelompok mahasiswa yang berjumlah 10 orang, yang selanjutnya diberi simbol Xi. Dari nilai 10 orang tersebut rata-rata X (mean) adalah :
Jadi rata-rata nilai = 71

Jarak antara nilai individu dengan rata-rata disebut simpangan. Simpangan (deviasi) untuk mahasiswa no. 1 adalah 71 – 60 = 11. Sedangkan untuk mahasiswa no. 8 adalah 80 – 71 = 9. Jumlah simpangan (Xi - X`) jumlahnya harus 0. Seperti telah dikemukakan bahwa rata-rata (mean) dari jumlah kuadrat simpangan disebut varians, sedangkan akar dari varians disebut standar deviasi. Dengan demikian varians kelompok data tersebut adalah :