Satu hal penting namun
sering terlupakan dalam sebuah sistem kerja ataupun sistem pembelajaran adalah
memahami dan memberdayakan feedback (umpan balik). Feedback, dalam sebuah
sistem pembelajaran dapat didefinisikan sebagai “informasi tentang hasil
usaha”, yang dapat digambarkan seperti ini:
Feedback menjadi
penting karena apa yang kita lakukan biasanya tidak langsung berhasil 100%, dan
kita membutuhkan informasi bagaimana meningkatkan kualitas kerja kita sehingga
mendekati hasil yang kita harapkan. Dalam sebuah organisasi feedback penting
untuk dievaluasi untuk memperlihatkan sejauh mana kegiatan yang kita lakukan
mendekati tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk itulah sebuah
organisasi membutuhkan manajemen kinerja untuk mengukur apa hasil kegiatan yang
kita lakukan, bagaimana kualitasnya dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta
menentukan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja tersebut sesuai
tujuan organisasi.
Performance Management (Manajemen Kinerja) adalah suatu proses
komunikasi, yang dilakukan dalam konteks kemitraan, antara seorang pekerja
dengan atasannya yang melibatkan pengharapan dan pemahaman yang jelas akan:
- Fungsi kerja yang diharapkan dari pekerja
- Bagaimana hasil kerja individu memberikan sumbangan pada tujuan organisasi
- Apa saja indikator sukses atau keberhasilan kerja dengan standar yang spesifik
- Apa saja yang akan dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja
- Bagaimana mengukur kinerja
- Mengenali dan membereskan penghalang kinerja
Alat dan proses yang perlu ada dalam
sebuah manajemen kinerja adalah:
- Perencanaan Kinerja, termasuk di dalamnya perencanaan tujuan dan obyektif, baik berupa Strategic Directions Perusahaan, SOP maupun tujuan-tujuan pribadi pekerja
- Komunikasi tentang performa dan kinerja yang berkelanjutan
- Pengumpulan data, pengamatan dan dokumentasi
- Pertemuan untuk membahas kinerja
- Pelatihan untuk peningkatan kinerja
Untuk mendapatkan manajemen kinerja
yang baik, hal-hal ini haruslah diperhatikan:
- Standar dan pengharapan yang jelas, baik pada proses seleksi, penerimaan dan pelatihan pegawai
- atasan yang mau berfungsi sebagai coach
- atasan yang memberikan feedback seawal mungkin, dalam konteks yang jelas
- memiliki bahasa dan pemahaman yang sama tentang standar kinerja dan tingkah laku kerja
- feedback perlu dipahami sebagai peristiwa sehari-hari, seperti seorang atlit mendapatkan feedback saat bermain, atau aktor saat berakting
- Sedapat mungkin feedback bersifat 2 arah
- pelatihan dan pengembangan pekerja yang searah dengan standar yang diharapkan dan diukur